Wednesday, August 29, 2007

Stalking

Sempet terbahas dan terpikirkan di dalam otak gue, bahwa menguntit seseorang di era sekarang ini memang sangat mudah. Dan menurut gue, hal ini terjadi sejak jaman friendster (atau multiply, myspace, facebook, dsb) tercipta; atau mungkin jauh sebelumnya... (google?)..

Friendster mungkin (lagi2 menurut gue) pada awalnya tercipta untuk membentuk hubungan antar teman,lalu berkembang menjadi tempat bertemu dengan teman2 lama yang sudah lama tidak bertemu, sampai akhirnya menjadi ajang pamer, iklan jualan dan biro jodoh.

Kadang memang menguntungkan. Gue harus akui ada begitu banyak teman yang sudah lama kehilangan kontak bisa ditemukan lagi di friendster ini. Lalu friendster juga merupakan sarana komunikasi yang lebih praktis dari email (sebenernya sih lebih ribet, tapi entah karena orang jaman sekarang punya banyak email sampai2 bingung harus ngirim ke email yang mana yang dibuka, atau karena orang lebih sering buka friendster daripada emailnya sendiri)

Sampai akhirnya, friendster menjadi sumber informasi segala gossip yang ada.

Kenapa bisa begitu?
yah... lagi2 menurut gue, itu disebabkan oleh kencenderungan "terlalu banyak memberikan informasi pribadi" alias "pamer". Hanya saja, segala sesuatu yang ada di friendster gak semuanya benar. Sama saja dengan membaca wikipedia yang bisa ditulis oleh siapa saja, atau kencan dengan orang di internet yang gak jelas wujud asli dan latar belakangnya kayak gimana.

Tapi sekali lagi, berhubung orang cenderung "menunjukkan dirinya", maka kemungkinan bohongnya mungkin tidak sebesar itu. Namun sumber informasi dari friendster tetap saja tidak bisa 100% dipercaya.

Ada seorang teman yang hanya sekedar iseng mengganti statusnya yang single menjadi in relationship, dan tidak lama kemudian ada sekian puluh testimonial/comment yang menanyakan siapa cewe barunya.

Gue pun sempat mencoba mengganti kata2 in relationship menjadi it's complicated... dan lagi2 ada puluhan orang yang bertanya2 atau berkesimpulan sendiri bahwa gue lagi berantem atau udah putus.

Intinya, selain informasi yang ada tidak bisa 100% diandalkan, gue akhirnya juga menyadari bahwa orang2 juga cenderung mencari tahu dan selalu mengikuti perkembangan orang2 lainnya di friendster. Dan dalam kasus yang cukup extrem, hal ini juga bisa berkembang menjadi kasus stalking.

Contoh gampangnya seperti ini....
Si A naksir berat sama si B. Akhirnya si A mencari segala informasi tentang si B dengan mengetik nama B di google.
Lalu muncullah account friendster (atau apa lah) si B yang berisi foto, tanggal lahir, sedang berada di mana, pernah sekolah di mana saja, kuliah di mana/jurusan apa, kerja di mana, statusnya apa, dst.
Dari testimonialnya juga bisa terlihat gimana orang2 di sekeliling B mengganggap B atau secara tidak langsung bercerita pernah punya pengalaman apa saja dengan si B.
Kalau misalnya si B ternyata sudah punya pacar, bisa dilihat juga pacarnya seperti apa, lalu mencari informasi dengan cara yang sama tentang pacarnya si B...
Lalu, apabila lagi2 informasinya masih belum cukup juga, si A bisa saja mencari blognya si B dan melihat apasaja yang ada di pikiran si B...

Dan informasi itu tidak akan ada habisnya selama si B masih terus meng-update informasi2 di friendsternya atau blognya.

Pada kasus yang extrem, si A mungkin bisa meneror pacar si B... atau bahkan meneror si B langsung... soal caranya bagaimana, gue sendiri juga gak kebayang..

serem?

yah.... kadang kasus seperti itu pada akhirnya juga gak bisa dibilang 100% stalking sih... soalnya salah sendiri terlalu banyak memberikan informasi pribadi di internet yang bisa dilihat jutaan orang.

Tapi setelah dipikir2 lagi, gue pribadi sih tetap merasa diuntungkan oleh friendster. Entah karena bisa ketemu teman lama atau baru, atau gue nya juga yang selalu haus informasi atau gossip tentang orang2 yang gue kenal.. hahaha...

Lagian siapa sih yang mao menguntit orang kayak gue??

*knock on the wood*

Saturday, August 25, 2007

Dasar Turis.............. (^^)

Selama ini gue cuman punya pengalaman menemani teman2 sebaya yang koceknya pas-pasan ketika mao jalan-jalan di Eropa... dan baru kemarin ini berhadapan dengan para ibu-ibu, bapak-bapak yang mao jalan-jalan tapi sok gak mao ikut tour...

Sebenernya gejala semua turis mirip-mirip sih...

1. Ke tempat yang terlihat bagus lalu bergaya dan foto-foto, lalu pergi tanpa peduli sejarah dan ceritanya
2. Cari toko souvenir atau butik-butik bermerk untuk kepentingan pribadi, oleh-oleh, atau sekedar pamer
3. Punya kecenderungan nawar di toko MANAPUN
4. Kecenderungan mencari makanan yang sama dengan makanan di tanah air
5. Selalu bertanya harga yang sudah di-kurs-in
6. Mencari toilet di butik
7. Mengunjungi "daerah-daerah tertentu" hanya sekedar melihat "sesuatu" yang tabu dan terlarang di tanah air (you know what i mean)
8. Mencari barang-barang yang GAK ADA di tanah air (atau LEBIH MURAH tentunya.. terutama barang-barang bermerk yang bontot-bontotnya ternyata buatan Cina juga...)
9. Menganggap eropa begitu KECIL dan merasa Amsterdam-Roma bisa ditempuh dengan berjalan kaki...
10. Mengambil segala sesuatu yang gratisan
11. Kebiasaan nyebrang jalan sembarangan dan pura-pura tidak mengerti apabila ditegur
12. Mengeluh cape untuk berjalan beberapa ratus meter, tapi bisa berjalan berkilo-kilometer apabila ada butik atau toko untuk berbelanja
13. Koper yang dibawa pulang akhirnya selalu Over Weight

dan seterusnya... dan seterusnya... (gue sampe lupa saking banyaknya)

Kadang memang tergantung orangnya sih... gue juga gak jarang nemenin orang-orang yang memang pengen jalan-jalan karena ingin melihat gedung/museum/benda/puing-puing dan mengetahui sejarah-sejarah yang ada di sini.. tapi rata-rata yang begitu hanya para para backpacker atau petualang...

Tapi kalau tante-tante dan oom-oom yang jalan-jalan???

yah... bayangin aja deh sendiri...

The Art of Shopping

Sewaktu mencari baju buat kawinan yang (katanya) harus warna putih atau pink dan harus long dress.... Berhubung waktunya udah mepet dan gak sempet bikin sama tukang jahit, ditambah ukuran badan gue yang agak XXL.... jadi terpaksa menelusuri toko-toko di Frankfurt sambil setengah berharap ada baju yang jodoh sama gue...

Memang kadang-kadang mencari baju pun kadang seperti mencari pacar.. Kalau jodoh kebeli... kalau ngga, mao dicari sampe ke ujung dunia pun gak akan bisa dapet...

Biasanya sih alasan "bukan jodoh" dikarenakan karena masalah finansial, masalah "siapa cepat, dia dapet", dan juga masalah ukuran dan warna... kira2 begitulah....

Dan kadang... ada begitu banyak godaan dan hambatan dalam mencari sesuatu.. misalnya yang tadinya nyari baju malah dapetnya sepatu.. atau nyari baju dengan spesifikasi tertentu malah beli baju-baju yang lain...

Kemarin ini untung ada 2 orang yang menemani (yang tadinya gak mao ikutan belanja, malah jadi belanja lebih banyak dari gue ^^).. jadi ada yang mengingatkan godaan2 iblis yang berkedok SALE...


ini bagus ya......???
iya cheryl, tapi itu bukan warna putih.....
kalau yang ini gimana???
bagus... bagus.... tapi itu T-shirt, bukan long dress......



*sigh*.... shopping kadang memang penuh perjuangan.....