Monday, January 19, 2009

Pengalaman dengan polisi

Kira-kira 6 tahun yang lalu gue pertama kali berurusan dengan polisi. Eittss... bukan sebagai tersangka atau kriminal loh. Jadi ceritanya waktu itu ada satu temen gue yang nitip barang2nya (yang seabrek2) di gudang basement apartemen gue. Dan ternyata ada juga maling yang niat ngerampok gudang gue! (Untung bukan barang gue yang ada di dalem situ). Eniwei, waktu itu memang bukan cuman gue korban satu2nya. Jadi, polisi pun turun tangan.

Lucunya yang ilang itu barang2 yang gak gitu bernilai, yaitu : headset handphone (yah ini mungkin masih bisa dipake atau dijual lagi, tapi seberapa bernilainya sih?), dan sebuah boneka (yang gue aja gak tau bentuknya bagaimana). Jadi, pas gue berhadapan dengan polisi, gue cuman bisa tersipu malu pas bilang barang apa aja yang hilang. Tapi mending lah daripada sesuatu yang berharga yang hilang :)

Lalu hari ini gue dapet satu pengalaman baru lagi dengan polisi, yaitu naek mobilnya polisi! Berhubung gue orang baek2, tentu saja alasannya bukan karena gue melakukan tindak kejahatan. Kasus kali ini lebih aneh lagi...

Ceritanya, gue hari ini janjian ketemu sama boss gue di Baustelle. Sempet kikuk juga sih berdiri di antara para kuli bangunan di sana. Jangan bayangin seperti mas2 tukang bangunan di indo yang berbadan kerempeng dan berkulit gosong. Tukang bangunan di sini badannya tinggi, besar, dan kekar bagaikan atlet angkat besi :D Jadi, dengan gue yang berdiri di sana di antara mereka jadi terlihat seperti anjing peking diantara anjing herder. (majas apa tuh kira2?)

Dan setelah hampir setengah jam menunggu, datanglah boss gue dengan tampang kusut dan minta gue ikut ke mobilnya dia. Ternyata dia baru mengalami kasus tabrak lari (maksudnya, mobilnya tertabrak mobil lain, dan mobil yang nabrak kabur). Baru aja dia bilang dia abis telpon polisi, eeh ternyata mobil polisinya udah dateng dan gue jadi ikutan masuk ke dalamnya.

Di dalem mobil, boss gue cerita panjang lebar tentang apa yang terjadi kepada pak polisi. Kaget juga waktu denger betapa detailnya dia bercerita. Dia bisa inget dari plat mobil, jenis mobil, sampai ciri2 sopir yang mengendarai itu mobil (dari tinggi, usia, rambut, asal mana, sampai baju apa yang dia pakai).

Lucunya lagi, mobil sang korban tidak terlihat ada kerusakan apa2. Tidak penyok dan tidak ada goresan... (mungkin waktu itu memang hujan, jadi memang agak susah untuk diperiksa lebih lanjut). Dan menurut si polisi, istilah "kecelakaan" itu baru bisa berlaku kalau sang korban mengalami suatu kerugian atau kerusakan pada kendaraannya.

Tapi boss gue tetep ngotot karena menganggap si pelaku itu sebenernya sengaja menabrak mobilnya. Dia sampe ngasih istilah begini: " ini seperti kalau perut kita ditonjok oleh orang asing... mungkin perut kita tidak terluka, tapi kita kan merasakan sakitnya". Yah kira2 maksudnya memang bisa dimengerti.

Sebenernya gue merasa ini semua sebenernya cuman buang2 waktu dan tenaga saja. Kalau gue jadi dia sih gue bakal tutup mata dan melupakan apa yang sudah terjadi. Tapi mungkin apa yang dilakukan boss gue ada benernya juga. Kadang kita memang harus lebih ngotot menuntut keadilan.... sesepele apapun. Bisa jadi mentalitas gue yang suka pasrah sama keadaan itu terbentuk karena kejamnya kehidupan di Indonesia.

Pasrah terhadap orang2 yang suka bertindak seenaknya, dan pasrah terhadap polisi yang tidak bisa membantu atau menyelesaikan masalah.

Pak polisi pun tadi menanggapi serius kasus kecil tersebut. Coba bayangin kalau hal ini terjadi di Indonesia... bisa dilupakan deh... Mungkin orang Jerman memang kadang terlalu keras dan lurus (alias terlalu taat pada peraturan). Tapi justru karena itulah mereka bisa maju seperti sekarang. Kapan yah Indonesia bisa seperti itu?

No comments: