Monday, September 01, 2008

Mari belajar bahasa Indonesia......

Hari itu gue dan Ody lagi nunggu Bus dan tiba2 disapa satu bapak2 berumur berkisar pertengahan 40an. Pertama, dia bertanya asal kita dari mana, yang memang cukup sering terjadi dan rata2 suka salah tebak atau mengira kita dari negara Asia lainnya. Lalu dengan agak malas kita menjawab "Indonesia" dan berpikir dia akan bilang "Oooooh" lalu pergi. Ternyata dia membalas dengan "Selamat Pagi" dan "Apa Kabar?"; yang merupakan hal yang agak gak biasa. Sedikit terkejut Ody bertanya balik, "Bisa bahasa Indonesia?", dan dia menangguk, "Sedikit.."

Bus kita datang, dan kebetulan dia juga ingin naik bus yang sama. Selama beberapa menit kita duduk bareng di dalam bus dan ngobrol sedikit. Ternyata dia sempat 10 tahun tinggal di Indonesia; 8 bulan di Bandung dan sisanya di Irian Jaya. Pertama, kita mengira dia kerja di Freeport, tapi ternyata dia seorang misionaris yang ditugaskan ke sana. Bahkan keluarganya saat ini juga masih ada di sana, dan dia berada di Fulda untuk mengurus sekolah anaknya yang baru saja tamat SMA dan ingin melanjutkan untuk kuliah di Jerman. (setidaknya gue sih ngertinya begitu..)

Lucunya, kita sempet beberapa kali membalas dengan bahasa Jerman karena takut dia gak ngerti. Tapi dia selalu membalas dengan bahasa Indonesia. Memang sih, 10 tahun waktu yang cukup lama untuk menguasai sebuah bahasa, tapi kita juga kan gak tau orang daerah Irian Jaya bahasanya seperti apa. Apalagi orang ini logat berbicaranya (walau masih kedengeran aksen bulenya yang agak pelo) mirip seperti logat orang Indonesia bagian timur.

Yah... dia memang bukan orang asing pertama yang fasih berbahasa Indonesia yang gue temui. Maksud gue fasih di sini juga bukan sekedar turis asing yang datang sebentar dan hanya bisa mengucapkan kata2 standard di kamus kecil mereka.. melainkan orang asing yang benar2 bisa kita ajak ngobrol dengan bahasa kita atau bahkan bisa membawa seminar atau berbicara di depan umum dengan bahasa Indonesia.

Orang pertama yang gue temui adalah seorang pastor bule (yang gue sendiri gak tau dia dari negara mana) yang suka memimpin misa di gereja2 di Jakarta. Berikutnya adalah guru bahasa Jepang gue yang memang menikah dengan orang Indonesia dan lama tinggal di Jakarta.. (lucu deh denger orang Jepang ngomong bahasa Indonesia dengan logat Jepang mereka ^^). Lalu pada tahun 2003, gue sempet ikut seminar yang dibawakan oleh orang Inggris yang memang sudah lama tinggal di Jerman, dan dia sempet beberapa tahun di Indonesia sebagai pertukaran pelajar (lupa di universitas mana). Dia juga menikah dengan orang Indonesia dan jago bahasa Jawa.

Gue memang selalu kagum dan salut tiap kali bertemu orang2 seperti mereka. Mungkin karena selama ini banyak orang menganggap "Siapa sih yang mao belajar bahasa Indonesia?" atau "Bahasa Indonesia mah gak kepake di mana2.. ngapain dipelajari?". Memang sih, bahasa Indonesia gak bisa dibandingin sama bahasa Inggris atau bahasa Cina. Tapi kalau dipikir2, negara kita kan cukup besar dan penduduknya banyak... jadi otomatis apabila dihitung2 juga banyak dipake di dunia ini kan? (walaupun banyak juga sih orang daerah yang gak bisa bahasa Indonesia.... dan ini juga teori karangan gue sih.... :P)

Kadang, di tengah2 keputus-asaan sewaktu belajar bahasa asing, sering banget kita berpikir "kenapa harus kita yang bisa bahasa mereka?" dan "kenapa bukan mereka aja yang belajar bahasa kita?". Tapi, gue memang gak bisa mengharapkan hal itu apabila gue memang berada di negara asing. Hanya saja, kadang kesal juga apabila membayangkan orang asing yang datang ke Indonesia bisa disambut dengan bahasa mereka tanpa mereka harus bersusah2 belajar bahasa Indonesia (sampai fasih!!).

Ditambah lagi bahasa kita yang entah kenapa belakangan ini udah tercampur2 dengan bahasa Inggris. Entah karena orang sedang gencar2nya masukin anaknya ke sekolah Internasional atau sekolah yang memakai bahasa Inggris. Atau mungkin karena banyak orang lulusan luar negri yang kembali ke Indonesia dan suka lupa beberapa kata bahasa Indonesia (sering gue alami, dan gue rasa terjadi pada setiap orang). Bisa juga karena kita lebih sering nonton atau mendengar lagu yang bukan pake bahasa Indonesia. Bahkan, bisa jadi karena biar sekedar keren dan kelihatan bisa bahasa Inggris sedikit2.. (lagi2 ini semua teori ngasal gue).

Lucunya, ini semua seperti penyakit ganas yang menyebar luas dengan cepat. Bahkan, gue pun (yang gak mao ikut2an) bisa kebawa juga ngomong Indo campur2 Inggris. Padahal gue juga suka kesel kalau melihat anak kecil (orang Indo) berkomunikasi dengan orang tuanya (orang Indo juga) pake bahasa Inggris. Apa yang terjadi dengan Bahasa Ibu?

Gue sebenernya bukan orang yang punya rasa kebangsaan yang tinggi, atau orang yang nasionalismenya kuat. Bahasa Indonesia gue juga gak sempurna2 amat.. (buktinya gue selalu nulis pake bahasa nggak baku). Hanya saja, bahasa kita memang tergolong bahasa yang baru dibandingkan bahasa2 lainnya. Dan bisa dibilang cukup tidak stabil, karena mengalami terlalu banyak perubahan dalam waktu yang sangat singkat. Jadi, bisa jadi suatu saat bahasa kita jadi punah dan tidak terpakai lagi..... Siapa sih yang gak sedih membayangkan kalo itu sampe terjadi?

7 comments:

vy said...

Kayaknya "penyakit" nyampur2 bahasa itu di mana2 deh, nggak cuma di Indo aja. Liat aja di sini, campur2 bahasa Inggris nggak karuan2. Suka sebel dengernya. ^_^

Gw juga suka sebel seh denger/baca Indo yg campur2 inggris, tapi gw sendiri dah susah kayaknya ngomong indo bener2 indo doang, nggak campur2 jerman. Jadi yah, nggak bisa nuding orang laen juga. Hehehehe....

rielz said...

memang kadang suka ada kata2 yang gak ada bahasa indo nya juga sih... lagian gue jg kan udah tulis buat orang2 yg udah lama di negara asing emang cenderung suka nyampur2 karena suka lupa sama kata2 bahasa indonya.. itu sih normal...

yang gue bingung knp orang indo yang di indo (biasanya jg yg gak pernah lama di luar) malah lebih parah "penyakit"nya... :D

vy said...

ini kayaknya kita kudu tanya orang2 yg emang tinggal di indo deh. ^_^

tapi gw rasa sama aja kayak di sini, orang2 jerman yg tinggal di jerman tapi suka pake istilah2 inggris yg di-jerman-kan. alias denglisch. ^o^

Anonymous said...

Dosen gue cerita, teman2x anaknya yang masih SD dan bersekolah di sekolah national plus, malah pada les Bahasa Indonesia. Mereka ga bisa berbahasa Indonesia di negara sendiri. Oh tidaakk!

Terus, satu murid Sekolah Minggu gue kesulitan berinteraksi dengan teman2x sekelasnya karena dia ga terbiasa berbahasa Indonesia. Gara-gara dia sekolah di sekolah Int'l dan di rumah pun terbiasa pakai bahasa Inggris. Jadi, kalau diajak ngomong sama anak2x lain suka ga nyambung. Kasihan juga, sih. Heeee :D Gue baru mau nulis tentang hal ini, untung lo udah ngebahas :D Tar gue link ke blog gue yaaa :) Boleh ga? TQ.

rielz said...

wah... gawat juga ya.. kalo anak kecil sampe les bahasa indo sih menurut gue kebangetan :(

kalo denglisch mungkin masih bisa dimaklumi.. soalnya seperti kata serapan di bahasa indonesia.. ya kan?

tya, lo boleh kapan aja nge-link blog gue kok :)

(oh ya.. kata "link" bahasa indonya apa ya?)

ShinTya said...

huahahaha.. setelah lihat kamus, terjemahan link = mata rantai, sambungan, kaitan :P

Jaka said...

Oleh karena itu mari kita budayakan dan perkenalkan bahasa Indonesia kita ke seluruh dunia. Saat ini saya sedang membuat tulisan di website saya: www.bahasacorner.com untuk lebih memperkenalkan bahasa kita kepada orang asing yang ingin mempelajarinya. Saya harap anda bisa membantu saya dengan megirimkan artikel tentang bahasa Indonesia dan budayanya ke bahasacorner@yahoo.com.

Terima Kasih

E. Jaka